Kamis, 19 Maret 2015

Angkie Yudistia : Tunarungu Yang Sukses Menjadi Founder dan CEO Thisable Enterprise

 
Angkie Yudhistia

Angkie Yudistia, adalah penyandang tunarungu sejak usia 10 tahun namun hal itu tak membuatnya pasrah menjalani hidup. Meski berat, ia mampu menyelesaikan pendidikannya di sekolah umum sejak sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Praktis, keterbatasan Angkie itu menimbulkan banyak masalah selama belajar di SD hingga SMA. Tak jarang ia mengaku sering kali menerima cacian dan hinaan.  Ketika itu, rasa malu memang membuat Angkie menutupi jati dirinya sebagai penyandang tunarungu.
“Dulu aku diledekin, dikatain budek, tuli itu sering banget di lingkungan,” ungkapnya seperti dikutip dari detikhot, Selasa, 8 Mei 2012 lalu.

Angkie kemudian menyelesaikan studinya di jurusan periklanan di London School of Public Relations(LSPR), Jakarta, dan lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,5. Di kampus yang sama, Angkie bahkan telah meraih gelar master setelah lulus dari bidang komunikasi pemasaran lewat program akselerasi.
Semasa kuliah, Angkie pun selalu aktif dalam berbagai kegiatan. Ia merupakan finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat pada 2008. Selain itu ia juga berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e, serta berbagai prestasi lainnya. Bungsu dari dua bersaudara itu pernah pula berkarier sebagai humas di berbagai perusahaan. Berbagai prestasi dan semangatnya itulah yang pada akhirnya membuat Angkie tergerak untuk memotivasi para penyandang difabel lainnya.

Angkie mulai terlibat dengan kegiatan sosial saat bergabung dengan Yayasan Tunarungu Sehijara pada 2009. Sejak saat itu hingga kini, ia pun kerap jadi pembicara dan menjadi delegasi Indonesia di berbagai kegiatan internasional di mancanegara yang berkaitan dengan kaum difabel.
Di usianya yang masih 25 tahun, Angkie sudah menjadi founder dan CEO (chief executive officer) Thisable Enterprise. Perusahaan yang didirikan bersama rekannya itu fokus pada misi sosial, khususnya membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik alias difabel (Different Ability People).
“Di balik keterbatasan pasti ada kelebihan. Walaupun aku terbatas mendengar, bukan berarti harus terbatas melakukan apapun. Aku ingin menunjukkan semua batas harus ditembus, karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya,” ungkapnya seraya tersenyum.

Thisable Enterprise
Kepedulian pemilik tinggi 170cm dan berat 53kg itu pun terus berlanjut dengan meluncurkan buku berjudul ‘Invaluable Experience to Pursue Dream’ (Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas) akhir 2011 lalu. Pengalaman hidup dan pemikirannya dituangkan lewat karyanya itu.
“Buku itu bukan hanya ditujukan untuk penyandang difable saja, tapi juga teman-teman lainnya yang normal. Kita memang beda, tapi bukan untuk dibedakan,” sambungnya menegaskan.


0 komentar:

Posting Komentar