Angkie Yudhistia |
Angkie Yudistia, adalah penyandang
tunarungu sejak usia 10 tahun namun hal itu tak membuatnya pasrah
menjalani hidup. Meski berat, ia mampu menyelesaikan pendidikannya di
sekolah umum sejak sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas
(SMA).
Praktis, keterbatasan Angkie itu
menimbulkan banyak masalah selama belajar di SD hingga SMA. Tak jarang
ia mengaku sering kali menerima cacian dan hinaan. Ketika itu, rasa
malu memang membuat Angkie menutupi jati dirinya sebagai penyandang
tunarungu.
“Dulu aku diledekin, dikatain budek,
tuli itu sering banget di lingkungan,” ungkapnya seperti dikutip dari
detikhot, Selasa, 8 Mei 2012 lalu.
Angkie kemudian menyelesaikan studinya
di jurusan periklanan di London School of Public Relations(LSPR),
Jakarta, dan lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,5. Di kampus yang
sama, Angkie bahkan telah meraih gelar master setelah lulus dari bidang
komunikasi pemasaran lewat program akselerasi.
Semasa kuliah, Angkie pun selalu aktif
dalam berbagai kegiatan. Ia merupakan finalis Abang None mewakili
wilayah Jakarta Barat pada 2008. Selain itu ia juga berhasil terpilih
sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss
Congeniality dari Natur-e, serta berbagai prestasi lainnya. Bungsu dari
dua bersaudara itu pernah pula berkarier sebagai humas di berbagai
perusahaan. Berbagai prestasi dan semangatnya itulah yang pada akhirnya
membuat Angkie tergerak untuk memotivasi para penyandang difabel
lainnya.
Angkie mulai terlibat dengan kegiatan
sosial saat bergabung dengan Yayasan Tunarungu Sehijara pada 2009. Sejak
saat itu hingga kini, ia pun kerap jadi pembicara dan menjadi delegasi
Indonesia di berbagai kegiatan internasional di mancanegara yang
berkaitan dengan kaum difabel.
Di usianya yang masih 25 tahun, Angkie
sudah menjadi founder dan CEO (chief executive officer) Thisable
Enterprise. Perusahaan yang didirikan bersama rekannya itu fokus pada
misi sosial, khususnya membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik
alias difabel (Different Ability People).
“Di balik keterbatasan pasti ada
kelebihan. Walaupun aku terbatas mendengar, bukan berarti harus terbatas
melakukan apapun. Aku ingin menunjukkan semua batas harus ditembus,
karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya,” ungkapnya seraya
tersenyum.
Thisable Enterprise |
Kepedulian pemilik tinggi 170cm dan
berat 53kg itu pun terus berlanjut dengan meluncurkan buku berjudul
‘Invaluable Experience to Pursue Dream’ (Perempuan Tuna Rungu Menembus
Batas) akhir 2011 lalu. Pengalaman hidup dan pemikirannya dituangkan
lewat karyanya itu.
“Buku itu bukan hanya ditujukan untuk
penyandang difable saja, tapi juga teman-teman lainnya yang normal. Kita
memang beda, tapi bukan untuk dibedakan,” sambungnya menegaskan.
0 komentar:
Posting Komentar